Orang Jahat Berasal dari Orang Baik yang Tersakiti

Pernah familiar dengan judul di atas? Kalau familiar, mungkin anda-anda sudah tidak asing lagi dengan tokoh yang dikenal dengan “Joker”. Joker sendiri adalah tokoh yang digambarkan sebagai pihak yang menderita sebuah penyakit di mana dia sering mengalami delusi. Dia tidak bisa membedakan mana kehidupan nyata dan mana yang menjadi khayalan pikirannya saja. Karena Joker sendiri tidak bisa menyadari apa yang menjadi sebuah kenyataan, akhirnya dia menganggap semua yang dia rasakan adalah sebuah kenyataan. Termasuk perundungan-perundungan yang juga tidak diketahui apakah itu asli atau hanya khayalan. Hal-hal tersebut membuat Joker akhirnya memiliki luka. Lebih tepatnya luka di dalam hati. Hal itulah yang membuatnya menjadi orang yang keji dan seolah menjadi seorang yang senang akan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Mungkin inilah yang membuat orang-orang banyak membuat statement “orang jahat berasal dari orang baik yang tersakiti”. Tapi apakah benar demikian? Apakah ketika seseorang tersakiti hingga akhirnya orang tersebut sendiri ikut menjadi orang yang jahat bisa dibenarkan? Apakah ketika seseorang melakukan pembunuhan karena merasa sakit hati adalah perilaku yang benar? Bahkan untuk hal sepele, apakah ketika kita di ejek oleh teman kita, lalu kita memukulnya dengan keji adalah perilaku yang benar? Ayo coba renungkan. Apakah menjadi jahat itu bisa dibenarkan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tilik & Cream, Ulasan Dua Film Pendek Menarik Dalam Negeri dan Mancanegara

Komunis Bukanlah Sama Rata & Sama Rasa (Meluruskan Asumsi Tentang Komunis)

Sudut Pandang Objektif