Komunis Bukanlah Sama Rata & Sama Rasa (Meluruskan Asumsi Tentang Komunis)
Sebelum memulai tulisan ini, sebelumnya penulis hendak menegaskan terlebih dahulu. Penulis bukanlah pendukung dari ideologi komunis, tulisan ini penulis tulis murni karena sedang bingung mencari bahan tulisan. Kebetulan justru menemui komentar keluarga yang sedang berkomentar atas komunis yang mengatakan “mana bisa manusia di sama retain semua, bukan manusia namanya”. Mendengar argument keluarga penulis tersebut, tentu penulis sepakat. Karena memang manusia memiliki free will dan keunikannya masing-masing. Namun konsep yang dipegang oleh Ideologi Komunis bukanlah itu.
Dari sini penulis melihat potensi bahaya apabila orang-orang yang memiliki pemahaman atas komunis yang seperti itu. Menjadi bahaya apabila orang-orang itu bertemu dengan orang yang memiliki paham komunis dan justru berdiskusi langsung dengan komunis. Apabila mereka tidak kritis, bisa saja mereka terbawa paham komunis. Karena perlu diakui, untuk orang yang hanya melihat dari luar tanpa mencoba memahami dampak-dampak dan implikasi-implikasinya, paham komunis seolah menjadi jawaban atas kerusakan masyarakat yang ada saat ini.
Maka dari itu, penulis akan membahas tulisan tenang komunis ini dalam beberapa bagian. Untuk bagian ini, penulis akan meluruskan terlebih dahulu mengenai paham “komunis = Sama Rata & Sama Rasa”.
Masih ada beberapa pihak yang menganggap konsep komunis adalah sama rata dan sama rasa. Padahal bila memahami konsep komunis dari sebab awal munculnya, konsep ini cukup melenceng jauh dari konsep komunis yang seharusnya.
Secara singkat, komunis lahir dari seorang filsuf yang ketika memikirkan ini dia sedang berada di London, yakni Karl Marx. Saat itu dia melihat keadaan London yang masih belum maju, dimana kesenjangan sosial terjadi dimana-mana yang mengakibatkan orang-orang yang kaya tambah kaya, sedangkan yang miskin tambah miskin. Saat melihat fenomena tersebut yang mana juga ia miris karena anak-anak kecil dijadikan buruh pabrik, dia menilai bahwa hal tersebut tidak benar, karena ada pihak-pihak yang harus melakukan hal-hal dengan terpaksa dan tersiksa untuk bisa bertahan hidup.
Sebenarnya Karl Marx mempunyai pemahaman yang didasari pengetahuiannya akan sejarah manusia, bahwa manusia sejatinya adalah makhluk pekerja, sehingga tidak ada yang salah dengan manusia yang bekerja. Namun dalam kasus yang terjadi di London saat itu, terdapat beberapa hal yang menurut Karl Marx tidak seharusnya terjadi, yakni adanya penindasan suatu pihak karena terdapat perbedaan kelas seperti yang terjadi pada anak-anak kecil saat itu. Padahal semua orang seharusnya mempunyai hak dan kesempatan yang sama.
Berkaca dari pengalamannya saat itu, Karl Marx berusaha mencari solusinya, dan dia mencoba memahami pemicu adanya penindasan-penindasan tersebut. Dia mencoba mencocokan semua data dari datanya saat itu dan juga sejarah-sejarah manusia masa lampau. Sampai akhirnya, dia menemukan sumber permasalahnnya adalah kapitalisasi sumber daya (kepemilikan pribadi).
Maka dari itu, Karl Marx merasa semua orang bisa sejahtera dan bisa bahagia dengan minat dan bakatnya masing-masing tanpa harus tertekan atas dasar apapun, hanya bisa terwujud apabila kepemilikan pribadi dihilangkan. Sehingga inti pemikiran Karl Marx bukanlah membuat semuanya sama rata, melainkan menghilangkan kepemilikan pribadi. Sehingga semua orang berhak atas suatu barang dan suatu sumber daya yang bisa mereka manfaatkan bersama untuk kesejahteraan mereka bersama.
Sekian sekilas upaya penulis untuk meluruskan asumsi tentang konsep komunis. Apabila para pembaca menilai adanya kekeliruan dalam pemahaman penulis, mohon untuk diluruskan. Karena jujur agak sulit membaca dan memahami buku Das Capita. Untuk bisa mendapat seperti pemahaman di atas saja, penulis perlu mengikuti kelas Ideologi yang jumlah satu semester membutuhkan 4 SKS dan ditambah dengan belajar mandiri yang lainnya. Jadi apabila ada kekurangan mohon masukannya ya…
(ingettt, ini ideologi orang loh ya. Tetep ada kelemahan di pemikiran Karl Marx ini. Tetep harus kritis ya temen-temen).
#ODOP
#OneDayOnePost
#ODOPBatch8
#TantanganPekan4
Komentar
Posting Komentar