Sudut Pandang Objektif

Sejak kecil kita, bahkan juga saya sendiri pasti pernah mendengar berbagai cerita-cerita yang sudah tidak aneh terdengar lagi. Seperti cerita si Kancil, Kura-kura vs Kelinci, dan lain sebagainya.

Dari dua cerita yang sampai saat ini masih menjadi favorit untuk diceritakan ke anak-anak adalah si Kancil dan Kura-kura. Dalam kedua cerita itu kita mendapati beberapa hikmah yang kita ambil dari sudut pandang si penulis. Untuk cerita si Kancil, Kancil adalah binatang yang cerdik dan bisa membodohi si Buaya, sedangkan buaya adalah binatang yang bodoh. Sedangkan untuk cerita kelinci vs kura-kura, dikatakan bahwa kura-kura binatang yang bekerja keras dan tak kenal menyerah sedangkan kelinci adalah binatang yang sombong dan menganggap remeh lawannya.

Tapi, pernahkah kita memikirkan sesuatu yang lain dari scenario tersebut? Pernahkah kita mencoba membuka berbagai kemungkinan lain yang bisa saja sebenarnya terjadi dalam cerita tersebut namun kita tidak ketahui? Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita tangkap sebenarnya adalah sesuatu yang sudah di design sesuai dengan maksud penulis? Pernahkah kita berpikir bahwa jangan-jangan apa yang terdapat dalam cerita tersebut ternyata memang benar-benar ada, hanya saja dibuat fabel oleh penulis.

Dan semisal apa yang diceritakan oleh penulis tersebut ternyata memang ada kisah nyatanya, apakah yang diceritakan oleh penulis melalui fabel tersebut benar? Apakah jangan-jangan kejadian sebenarnya tidak seperti itu?

Ayo kita coba membuka berbagai kemungkinan lain, mulai dari cerita Kancil vs Buaya. Di cerita ini diceritakan pada akhirnya Buaya yang awalnya hendak memakan si Kancil justru memberikan jalan pada si Kancil hingga akhirnya si Kancil berhasil lewat. Dari sini kita mendapatkan Hikmah bahwa si Buaya adalah binatang jahat yang bodoh, sedangkan si Kancil adalah binatang yang cerdik dan pintar. Tapi bagaimana jika scenario sebenarnya justru si Kancil bisa berhasil lewat bukan benar-benar murni kepintarannya? Bagaimana kalau sebenarnya Kancil melakukan negosiasi dengan Buaya, hingga akhirnya membuat Buaya terbuka hatinya dan tersadarkan akan kebenaran hingga akhirnya iba dan memberikan jalan untuk si Kancil.

Jika skenarionya seperti itu, hikmah yang diambil justru berbeda. Bukan lagi si Kancil binatang pintar dan cerdik sedangkan Buaya binatang jahat dan bodoh. Melainkan, Kancil binatang yang bijak dan bil hikmah dalam menyampaikan negosiasi. Sedangkan untuk Buaya, bisa ditarik hikmah bahwa tidak selamanya orang yang jahat akan selalu jahat. Melainkan jika diajari dengan cara yang tepat, orang tersebut juga bisa menjadi baik.

Lalu kita coba membuka kemungkinan skenario dari cerita Kelinci vs Kura-kura. Yang mana selama ini kita anggap bahwa Kura-kura adalah hewan pekerja keras, sedangkan Kelinci adalah hewan sombong yang mudah merendahkan orang lain. Bagaimana kalo hikmah yang kita dapat itu hanya karena penulis menginginkan demikian? Bagaimana jika sebenarnya yang terjadi adalah Kelinci merasa iba dengan Kura-kura yang sudah bekerja keras namun tetap mendapatkan hasil yang begitu-begitu saja karena bakatnya yang memang bukan di dunia lari. Lalu karena terenyuh akan kerja keras Kura-kura, akhirnya Kelinci ingin memberikan apresiasi dan motivasi kepada Kura-kura dengan membiarkan Kura-kura menang dan bisa membuat kepercayaan diri kura-kura menjadi naik kembali.

Bagaimana jika skenarionya seperti itu? Selama ini kita hanya melihat dari satu sudut pandang, yakni hanya dari sudut pandang orang yang membuat narasi atau cerita-cerita. Hingga akhirnya karena kita terbiasa melakukan hal tersebut, membuat kita menganggap pandangan pertama yang menyampaikan informasi tersebut adalah sebuah kebenaran. Padahal, apakah benar itu sebuah kebenaran? Karena nyatanya kita hanya mendengar dan meyakini satu sudut pandang saja. Kebanyakan dari kita jarang ada yang mempunyai refleks untuk melakukan triangulasi data. Jarang dari kita yang berusaha untuk mencari kebenaran yang hakiki dengan berusaha mengumpulkan berbagai sumber dan berbagai sudut pandang.

Sehingga dari sini hal yang hendak penulis simpulkan adalah, jangan langsung percaya dengan berbagai informasi yang kita terima pertama kali. Perlu ada upaya untuk memastikan bahwa informasi yang kita terima itu benar. Bagaimana caranya? Dengan cara melakukan triangulasi data, yakni mengumpulkan berbagai sumber, berbagai data, dan berbagai sudut pandang.

Semoga kita semua tetap menjadi manusia yang objektif sehingga tidak serta merta memojokan pihak yang tertuduh salah tanpa bukti yang mumpuni. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tilik & Cream, Ulasan Dua Film Pendek Menarik Dalam Negeri dan Mancanegara

Komunis Bukanlah Sama Rata & Sama Rasa (Meluruskan Asumsi Tentang Komunis)