Kesulitan Jernih Melihat
Pagi ini aku kesulitan untuk menemukan kacamataku. Betapa sedihnya aku, selama ini yang begitu berjasa mengantarkanku pada posisi ini adalah kacamataku itu. Posisi sebagai seorang ahli sejarah yang setiap hasil karyanya bisa menjadi pegangan banyak orang untuk kemajuan masa depan, sangatlah bergantung pada kacamataku ini.
Begitu aku sedih ketika kehilangan kacamataku. Bagaimana tidak, kacamataku ini yang selalu membimbing dan menemaniku dari sejak awam sampai menjadi ahli seperti sekarang. Kalian semua harus tahu, tanpa kacamata ini, tidak akan mungkin karya-karyaku yang saat ini sudah menjadi pegangan banyak orang bisa tercipta.
Jika harus diceritakan, kacamata ini aku dapatkan dengan perjuangan bergelut dengan hidup yang keras. Aku rela bekerja siang dan malam, gali lubang tutup lubang dalam hutang, bahkan rela untuk membatasi jatah makanku agar bisa mendapatkan modal yang cukup untuk bisa membeli kacamata ini.
Bahkan, ketika aku sudah mampu untuk membeli kacamata inipun, aku tidak dengan mudah asal membeli kacamata. Aku berusaha keras untuk membandingkan dari penjual ke penjual, toko ke toko untuk bisa mendapatkan kacamata terbaik.
Sampai akhirnya aku menyadari bahwa mataku bersifat khusus, aku tidak bisa membeli kacamata-kacamata yang ada di pasaran. Saat itu, toko-toko kacamata belum seperti sekarang yang mana setiap toko kacamata bisa dengan mudah merakit kacamata khusus secara langsung. Untuk bisa mendapatkan kacamata khusus diharuskan untuk bisa merakit sendiri dan mencari sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan.
Karena hal-hal tersebutlah kacamataku menjadi sangat berharga untuku. Nilai sejarah, perjuangan, dan prosesnya yang membuat semua itu tidak mudah dilupakan. Kacamata itulah yang membuat diriku bisa menjadi sekarang ini. Karena kehilangan kacamata, aku menjadi sulit untuk melihat segala sesuatu. Tolong, aku butuh kacamataku kembali!
Begitu aku sedih ketika kehilangan kacamataku. Bagaimana tidak, kacamataku ini yang selalu membimbing dan menemaniku dari sejak awam sampai menjadi ahli seperti sekarang. Kalian semua harus tahu, tanpa kacamata ini, tidak akan mungkin karya-karyaku yang saat ini sudah menjadi pegangan banyak orang bisa tercipta.
Jika harus diceritakan, kacamata ini aku dapatkan dengan perjuangan bergelut dengan hidup yang keras. Aku rela bekerja siang dan malam, gali lubang tutup lubang dalam hutang, bahkan rela untuk membatasi jatah makanku agar bisa mendapatkan modal yang cukup untuk bisa membeli kacamata ini.
Bahkan, ketika aku sudah mampu untuk membeli kacamata inipun, aku tidak dengan mudah asal membeli kacamata. Aku berusaha keras untuk membandingkan dari penjual ke penjual, toko ke toko untuk bisa mendapatkan kacamata terbaik.
Sampai akhirnya aku menyadari bahwa mataku bersifat khusus, aku tidak bisa membeli kacamata-kacamata yang ada di pasaran. Saat itu, toko-toko kacamata belum seperti sekarang yang mana setiap toko kacamata bisa dengan mudah merakit kacamata khusus secara langsung. Untuk bisa mendapatkan kacamata khusus diharuskan untuk bisa merakit sendiri dan mencari sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan.
Karena hal-hal tersebutlah kacamataku menjadi sangat berharga untuku. Nilai sejarah, perjuangan, dan prosesnya yang membuat semua itu tidak mudah dilupakan. Kacamata itulah yang membuat diriku bisa menjadi sekarang ini. Karena kehilangan kacamata, aku menjadi sulit untuk melihat segala sesuatu. Tolong, aku butuh kacamataku kembali!
Kacamata adalah mata kedua ya kak...
BalasHapus