Kebenaran Sepihak

Kita hidup di masa di mana Allah sudah tidak bisa memberikan informasi secara langsung seperti ketika masa Allah memberikan informasi secara langsung pada Nabi. Sebenarnya kondisi seperti ini wajar, karena Allah sudah sejak awal menciptakan manusia sudah menggiring dan mengarahkan manusia untuk bisa mandiri dalam menjalani kehidupan, bisa menggunakan akalnya sendiri untuk memecahkan setiap masalah yang ada.

Meskipun terbukti bahwa manusia saat ini bisa memecahkan berbagai masalahnya berkat akal yang sudah dikaruniakan oleh Allah, namun tetap saja ketamakan manusia selalu mendominasi. Bagaikan mengulang searah, kejahiliyahan akibat ketamakan yang ada dalam diri manusia terulang kembali bagaikan masuk ke mesin waktu. Seolah susah payah pembangunan masyarakat yang dilakukan oleh Rasulullah, kebenarannya hanya dipegang oleh segelintir orang.

Bagaimana saya tidak menyebutnya segelintir orang, bahkan ketamakan yang membutakan akal sehat juga dipegang oleh para pemuka agama dan kelompok orang yang menyebut diri mereka pembela agama Allah. Tidak jarang orang-orang yang mempunyai jabatan dalam kelompok-kelompok tersebut justru memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompok yang membelanya.

Kebenaran yang seharusnya dicari dan didekati oleh metode ilmiah, akal sehat, dan objektifitas justru tidak pernah terdengar. Kebenaran yang ada justru hanya kebenaran-kebenaran semu. Kebenaran-kebenaran yang ada adalah kebenaran yang hanya dicekoki oleh pihak yang berkuasa. Bahkan seringnya apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipercayai oleh penguasa adalah kebenaran itu sendiri. Tidak usah diuji terlebih dahulu keabsahannya, asalkan berasal dari penguasa, hal tersebut merupakan kebenaran.

Hal ini membuat pembangunan masyarakat yang sudah berulang kali dicontohkan oleh para Rasul seolah tidak berbekas apa-apa pada orang-orang tersebut. Seringkali justru diambil secara parsial untuk dijadikan legitimasi. Kejadian-kejadian ini benar-benar mengembalikan ke masa-masa dimana kebenaran bukanlah berdasarkan sunnatullah, melainkan berdasarkan pihak-pihak yang mengaku dirinya selalu benar dan bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan itu sendiri.

Beginilah kondisi saat ini, kondisi dimana manusia memasuki fase harus benar-benar mandiri tanpa mendapat petunjuk langsung dalam menghadapi kedzaliman. Inilah fase dimana kebenaran-kebenaran sudah bukan berdasarkan hukum-hukum Allah (sunnatullah), melainkan kebenaran berdasarkan kepentingan para penguasa yang menginginkan para pengikutnya selalu mendukung dan memberikan keuntungan padanya.

Semoga renaissance untuk umat Islam segera kembali. Menghilangkan kedzaliman di mana kebenaran sudah tidak objektif lagi, di mana kebenaran sudah diplot secara sepihak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tilik & Cream, Ulasan Dua Film Pendek Menarik Dalam Negeri dan Mancanegara

Komunis Bukanlah Sama Rata & Sama Rasa (Meluruskan Asumsi Tentang Komunis)

Sudut Pandang Objektif