Banyak diremehkan, sebenarnya apa depresi itu? (part 4)
Data-data tambahan mengenai depresi
Dari tulisan sebelumnya penulis menemukan beberapa pertanyaan dari para teman-teman odop mengenai depresi. Maka daripada penulis menulis langsung di kolom komentar, akan lebih menguntungkan apabila pertanyaan-pertanyaan ini penulis buat sebagai tulisan.
1. Siapa saja yang bisa terkena depresi?
Tidak ada batasan orang-orang yang bisa terkena depresi, dalam artian berarti semua orang mempunyai peluang untuk bisa menjadi depresi. Pertanyaan ini muncul mungkin karena pernyataan saya sebelumnya bahwa orang-orang yang depresi tidak hanya terjadi masalah pada kejiwaannya, namun juga terjadi masalah system yang terjadi di otak.
Sebelumnya perlu di garis bawahi bahwa orang-orang yang bisa terkena depresi tidak hanya terbatas pada orang-orang yang memiliki genetik depresi. Orang-orang yang memiliki genetik depresi memang akan lebih mudah untuk bisa terkena depresi apabila stimulus yang tepat terjadi.
Namun untuk orang-orang yang tidak memiliki genetik tersebut yang diwarisi dari pada leluhurnya, juga tetap bisa terkena depresi. Meskipun mempunyai peluang untuk terkena depresi, akan tetapi prosesnya akan sangat lama dan panjang.
Depresi bisa terjadi apabila seseorang mengalami hal buruk terus-menerus dengan kualitas yang kuat, maka akhirnya akan mempengaruhi produksi zat-zat kimia dalam otak dari yang semula normal, menjadi tidak normal. Hal ini yang menyebabkan akhirnya menimbulkan trauma dan juga depresi terjadi.
2. Apakah depresi bisa sembuh?
Mudahnya, bisa. Akan tetapi memang membutuhkan proses yang cukup lama. Hal ini dikarenakan yang mengalami malfungsi bukan hanya kejiwaan, melainkan juga otak.
Kondisi otak dari seseorang yang mengalami depresi ini tidak bisa memproduksi zat-zat kimia tertentu bukan secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Kondisi otak bisa mengalami hal seperti ini dikarenakan adanya stimulus berulang kali yang membuat otak terbiasa dengan stimulus tersebut. Kebiasaan dari otak ini akhirnya membuat beberapa zat tidak bekerja, di sisi lain beberapa zat justru diproduksi berlebihan.
Jadi, cara penyembuhannya juga menurut penulis bisa disembuhkan dengan metode yang sama, yakni secara perlahan memberikan rangsangan secara terus-menerus agar pengidap depresi ini bisa merasakan bahagia. Mulai dari memberikan anti depresan, sesi konsultasi dengan psikolog, atau juga system reward-reward kecil.
Dari tulisan sebelumnya penulis menemukan beberapa pertanyaan dari para teman-teman odop mengenai depresi. Maka daripada penulis menulis langsung di kolom komentar, akan lebih menguntungkan apabila pertanyaan-pertanyaan ini penulis buat sebagai tulisan.
1. Siapa saja yang bisa terkena depresi?
Tidak ada batasan orang-orang yang bisa terkena depresi, dalam artian berarti semua orang mempunyai peluang untuk bisa menjadi depresi. Pertanyaan ini muncul mungkin karena pernyataan saya sebelumnya bahwa orang-orang yang depresi tidak hanya terjadi masalah pada kejiwaannya, namun juga terjadi masalah system yang terjadi di otak.
Sebelumnya perlu di garis bawahi bahwa orang-orang yang bisa terkena depresi tidak hanya terbatas pada orang-orang yang memiliki genetik depresi. Orang-orang yang memiliki genetik depresi memang akan lebih mudah untuk bisa terkena depresi apabila stimulus yang tepat terjadi.
Namun untuk orang-orang yang tidak memiliki genetik tersebut yang diwarisi dari pada leluhurnya, juga tetap bisa terkena depresi. Meskipun mempunyai peluang untuk terkena depresi, akan tetapi prosesnya akan sangat lama dan panjang.
Depresi bisa terjadi apabila seseorang mengalami hal buruk terus-menerus dengan kualitas yang kuat, maka akhirnya akan mempengaruhi produksi zat-zat kimia dalam otak dari yang semula normal, menjadi tidak normal. Hal ini yang menyebabkan akhirnya menimbulkan trauma dan juga depresi terjadi.
2. Apakah depresi bisa sembuh?
Mudahnya, bisa. Akan tetapi memang membutuhkan proses yang cukup lama. Hal ini dikarenakan yang mengalami malfungsi bukan hanya kejiwaan, melainkan juga otak.
Kondisi otak dari seseorang yang mengalami depresi ini tidak bisa memproduksi zat-zat kimia tertentu bukan secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Kondisi otak bisa mengalami hal seperti ini dikarenakan adanya stimulus berulang kali yang membuat otak terbiasa dengan stimulus tersebut. Kebiasaan dari otak ini akhirnya membuat beberapa zat tidak bekerja, di sisi lain beberapa zat justru diproduksi berlebihan.
Jadi, cara penyembuhannya juga menurut penulis bisa disembuhkan dengan metode yang sama, yakni secara perlahan memberikan rangsangan secara terus-menerus agar pengidap depresi ini bisa merasakan bahagia. Mulai dari memberikan anti depresan, sesi konsultasi dengan psikolog, atau juga system reward-reward kecil.
Komentar
Posting Komentar