Banyak diremehkan, sebenarnya apa depresi itu? (part 2)
Di part sebelumnya penulis sudah membahas mengenai apa definisi dari depresi, stigma-stigma yang salah dari masyarakat mengenai depresi, dan juga kesalahan orang-orang yang mengidentifikasi mengenai apa yang dikatakan depresi. Saat ini penulis akan mencoba memperdalam apa itu depresi, apa penyebab depresi, dan bagaimana depresi bekerja.
Depresi berasal dari bahasa latin, yakni deprimer yang berarti menekan. Depresi bisa diibaratkan dengan sebuah alat kopi yang menekan kopi hingga sudah tidak berbentuk biji kopi lagi. Hal tersebut juga terjadi pada manusia dimana depresi ini menekan manusia hingga manusia sudah tidak seperti manusia lagi, lemas, dan habis jati dirinya.
Apa penyebab depresi?
Untuk menjawab ini, masih belum ada peneliti yang bisa menjawa secara pasti apa itu depresi. Karena hal ini terkadang juga tiba-tiba terjadi pada seseorang yang tiba-tiba merasa dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, tidak bisa gembira tanpa alasan, tidak bisa produktif, lelah, yang mana hal tersebut bukan karena si manusianya sendiri. Sampai saat ini, depresi masih sangat kompleks untuk bisa diketahui penyebabnya.
Hal yang pasti yang bisa memberi stimulus pada depresi adalah pengaruh dari genetik. Ketika ada gen dari tubuh kita yang memiliki kecenderungan untuk depresi, maka orang tersebut akan lebih rentan dengan kemungkinan untuk terkena depresi. Hal ini bisa dilihat dari orang-orang yang memiliki depresi, di mana kebanyakan di antaranya memiliki jejak depresi yang dialami juga oleh leluhurnya. Dan orang-orang ini bila menemui kasus-kasus yang bisa memicu potensi dari depresinya, maka orang ini akan berkemungkinan besar mengalami depresi.
Bagaimana depresi bekerja?
Otak mempunyai fungsi untuk mengendalikan segala aktifitas tubuh dan kesadaran dari si manusia yang menjadi inangnya. Otak bisa melakukan hal-hal tersebut dengan cara berkomunikasi dari setiap sel-sel yang ada pada tubuh dengan yang ada di otak. Tidak hanya sampai situ, untuk membuat setiap aktifitas gerakan mindset, pikiran, dan sikap bisa sinergi, otak juga saling berkomunikasi di dalam otak itu sendiri. Otak berkomunikasi dari neuron satu ke neuron yang lainnya yang ada di dalam otak.
Ada zat-zat kimia yang diproduksi oleh otak yang membantu menyelaraskan setiap aktifitas, sikap, perasaan, dan hal-hal lain yang ada dalam tubuh kita. Zat-zat yang cukup berpengaruh tersebut di antaranya yakni dopamine, serotonine, noretinefrine (lupa cara nulis yang benernya gimana), dan lain-lain. Untuk bisa mengaktifkan zat-zat tersebut, neuron-neuron yang ada di dalam otak manusia diharuskan untuk bisa berkomunikasi dengan baik satu sama lain.
Namun dalam kasus orang-orang yang depresi, terdapat kecacatan di otak yang mengakibatkan komunikasi antar neuron ini tidak berjalan dengan baik. Penjelasan realitasnya adalah hal ini bisa terjadi ketika katakanlah ada sesuatu hal yang seharusnya bisa membuat seseorang bahagia, katakanlah melihat supercar. Stimulus visual ini akan ditangkap oleh mata dan diteruskan ke otak. Di dalam otak sendiri rangsangan yang didapat dari mata ini akan diteruskan ke bagian otak yang mengatur tentang rasa, persepsi dan lain-lain yang mengatur tentang perasaan (setahu saya amigdala, apabila salah tolong diluruskan).
Namun sel-sel neuron yang ada di amigdala tersebut tidak bisa memberikan rangsangan pada amigdala yang seharusnya memproduksi hormone yang bisa membuat bahagia, tenang dan lain-lain yang membuat seseorang bisa postif. Sebaliknya, yang terproduksi justru hormone-homron yang memberikan rangsangan rasa, persepsi negatif. Maka dari sini bisa penulis tekankan lagi, depresi, bukan disebabkan oleh kendali seseorang yang memang sengaja untuk berpikiran negatif. Hal ini terjadi karena memang ada malfungsi dalam otak yang sulit untuk bisa menghasilkan rasa, persepsi, dan hal-hal positif lainnya.
(lanjut part 3)
Depresi berasal dari bahasa latin, yakni deprimer yang berarti menekan. Depresi bisa diibaratkan dengan sebuah alat kopi yang menekan kopi hingga sudah tidak berbentuk biji kopi lagi. Hal tersebut juga terjadi pada manusia dimana depresi ini menekan manusia hingga manusia sudah tidak seperti manusia lagi, lemas, dan habis jati dirinya.
Apa penyebab depresi?
Untuk menjawab ini, masih belum ada peneliti yang bisa menjawa secara pasti apa itu depresi. Karena hal ini terkadang juga tiba-tiba terjadi pada seseorang yang tiba-tiba merasa dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, tidak bisa gembira tanpa alasan, tidak bisa produktif, lelah, yang mana hal tersebut bukan karena si manusianya sendiri. Sampai saat ini, depresi masih sangat kompleks untuk bisa diketahui penyebabnya.
Hal yang pasti yang bisa memberi stimulus pada depresi adalah pengaruh dari genetik. Ketika ada gen dari tubuh kita yang memiliki kecenderungan untuk depresi, maka orang tersebut akan lebih rentan dengan kemungkinan untuk terkena depresi. Hal ini bisa dilihat dari orang-orang yang memiliki depresi, di mana kebanyakan di antaranya memiliki jejak depresi yang dialami juga oleh leluhurnya. Dan orang-orang ini bila menemui kasus-kasus yang bisa memicu potensi dari depresinya, maka orang ini akan berkemungkinan besar mengalami depresi.
Bagaimana depresi bekerja?
Otak mempunyai fungsi untuk mengendalikan segala aktifitas tubuh dan kesadaran dari si manusia yang menjadi inangnya. Otak bisa melakukan hal-hal tersebut dengan cara berkomunikasi dari setiap sel-sel yang ada pada tubuh dengan yang ada di otak. Tidak hanya sampai situ, untuk membuat setiap aktifitas gerakan mindset, pikiran, dan sikap bisa sinergi, otak juga saling berkomunikasi di dalam otak itu sendiri. Otak berkomunikasi dari neuron satu ke neuron yang lainnya yang ada di dalam otak.
Ada zat-zat kimia yang diproduksi oleh otak yang membantu menyelaraskan setiap aktifitas, sikap, perasaan, dan hal-hal lain yang ada dalam tubuh kita. Zat-zat yang cukup berpengaruh tersebut di antaranya yakni dopamine, serotonine, noretinefrine (lupa cara nulis yang benernya gimana), dan lain-lain. Untuk bisa mengaktifkan zat-zat tersebut, neuron-neuron yang ada di dalam otak manusia diharuskan untuk bisa berkomunikasi dengan baik satu sama lain.
Namun dalam kasus orang-orang yang depresi, terdapat kecacatan di otak yang mengakibatkan komunikasi antar neuron ini tidak berjalan dengan baik. Penjelasan realitasnya adalah hal ini bisa terjadi ketika katakanlah ada sesuatu hal yang seharusnya bisa membuat seseorang bahagia, katakanlah melihat supercar. Stimulus visual ini akan ditangkap oleh mata dan diteruskan ke otak. Di dalam otak sendiri rangsangan yang didapat dari mata ini akan diteruskan ke bagian otak yang mengatur tentang rasa, persepsi dan lain-lain yang mengatur tentang perasaan (setahu saya amigdala, apabila salah tolong diluruskan).
Namun sel-sel neuron yang ada di amigdala tersebut tidak bisa memberikan rangsangan pada amigdala yang seharusnya memproduksi hormone yang bisa membuat bahagia, tenang dan lain-lain yang membuat seseorang bisa postif. Sebaliknya, yang terproduksi justru hormone-homron yang memberikan rangsangan rasa, persepsi negatif. Maka dari sini bisa penulis tekankan lagi, depresi, bukan disebabkan oleh kendali seseorang yang memang sengaja untuk berpikiran negatif. Hal ini terjadi karena memang ada malfungsi dalam otak yang sulit untuk bisa menghasilkan rasa, persepsi, dan hal-hal positif lainnya.
(lanjut part 3)
Komentar
Posting Komentar