Banyak diremehkan, sebenarnya apa depresi itu?
Isu tentang mental health mungkin menjadi hal yang sangat dekat untuk sebagian orang, namun di sisi lain untuk orang-orang yang tidak mengalami dan memahami tentang mental health biasanya menganggap remeh tentang mental health ini. Seperti bipolar, borderline, hingga depresi. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa mental health ini sebenarnya tidak ada, ini hanya sekedar pikiran kita aja yang merasa begitu, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa hal itu terjadi karena kurang bersyukur dan ibadah. Maka untuk itu, saat ini penulis akan membahas mengenai mental health, spesifiknya tentang depresi.
Adanya pandangan masyarakat seperti yang sudah penulis katakan sebenarnya bisa diwajari. Hal ini dikarenakan juga banyak orang yang justru salah dalam menggunakan identitas depresi dalam mengidentifikasi sesuatu. Tidak jarang depresi justru seringnya dikaitkan dengan hal-hal yang remeh, seperti club bola kesayangannya kebobolan, melihat sosial media, dan lain lain. Hal-hal remeh tersebut tidak jarang justru diidentifikasi sebagai depresi.
Depresi adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa bahwa dirinya tidak layak untuk hidup lagi, dia tidak mendapati alasan apapun untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini terjadi ketika suatu hormone keluar dalam otak orang tersebut. Hormon ini bisa keluar karena ada berbagai macam pengalaman pahit yang dialami orang tersebut sampai ke tahap dia sama sekali tidak bisa menemukan jalan keluar.
Kondisi klinis yang terjadi dalam otak tersebut membuat orang yang menderitanya sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini terjadi secara otomatis bukan dengan keinginan kesadarannya. Depresi adalah gangguan yang juga ada hubungannya dengan genetika dari keturunan-keturunannya. Depresi baru akan terjadi ketika terdapat pemicu yang benar-benar sangat kuat dari lingkungan penderita yang nantinya membuat orang tersebut tidak bisa mengapresiasi apapun dalam hidup.
Hal itu tidak bisa dikendalikan karena sudah tertanam dalam genetik otak dari si penderita depresi. Setiap reaksi kimia yang terjadi di otak ini adalah keterbatasan dari fisik orang tersebut secara genetic. Sehingga bukan masalah tidak bersyukur, namun memang sudah seperti itu. Layaknya orang yang buta dari lahir, bukan berarti dia tidak mau untuk melihat sendiri, tapi memang genetik dan kondisinya yang terlahir seperti itu. Gejala kunci dari depresi ini dinamakan unhedonia, unhedonia adalah ketidak mampuan untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Jadi meskipun seseorang ini berusaha sekuat tenaga untuk bahagia, positive thinking, dan gembira, itu sama sekali tidak bisa dirasakan, karena otaknya tidak akan merespon untuk hal-hal tersebut.
Jadi di sini perlu digaris bawahi, bahwa setiap manusia itu ada batasnya. Semua perasaan yang negatif itu justru semuanya ada di otak pengidap depresi ini. Sebaliknya hal-hal yang bahagia sama sekali tidak bisa direspon oleh otak si penderita.
(lanjut part 2)
Adanya pandangan masyarakat seperti yang sudah penulis katakan sebenarnya bisa diwajari. Hal ini dikarenakan juga banyak orang yang justru salah dalam menggunakan identitas depresi dalam mengidentifikasi sesuatu. Tidak jarang depresi justru seringnya dikaitkan dengan hal-hal yang remeh, seperti club bola kesayangannya kebobolan, melihat sosial media, dan lain lain. Hal-hal remeh tersebut tidak jarang justru diidentifikasi sebagai depresi.
Depresi adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa bahwa dirinya tidak layak untuk hidup lagi, dia tidak mendapati alasan apapun untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini terjadi ketika suatu hormone keluar dalam otak orang tersebut. Hormon ini bisa keluar karena ada berbagai macam pengalaman pahit yang dialami orang tersebut sampai ke tahap dia sama sekali tidak bisa menemukan jalan keluar.
Kondisi klinis yang terjadi dalam otak tersebut membuat orang yang menderitanya sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini terjadi secara otomatis bukan dengan keinginan kesadarannya. Depresi adalah gangguan yang juga ada hubungannya dengan genetika dari keturunan-keturunannya. Depresi baru akan terjadi ketika terdapat pemicu yang benar-benar sangat kuat dari lingkungan penderita yang nantinya membuat orang tersebut tidak bisa mengapresiasi apapun dalam hidup.
Hal itu tidak bisa dikendalikan karena sudah tertanam dalam genetik otak dari si penderita depresi. Setiap reaksi kimia yang terjadi di otak ini adalah keterbatasan dari fisik orang tersebut secara genetic. Sehingga bukan masalah tidak bersyukur, namun memang sudah seperti itu. Layaknya orang yang buta dari lahir, bukan berarti dia tidak mau untuk melihat sendiri, tapi memang genetik dan kondisinya yang terlahir seperti itu. Gejala kunci dari depresi ini dinamakan unhedonia, unhedonia adalah ketidak mampuan untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Jadi meskipun seseorang ini berusaha sekuat tenaga untuk bahagia, positive thinking, dan gembira, itu sama sekali tidak bisa dirasakan, karena otaknya tidak akan merespon untuk hal-hal tersebut.
Jadi di sini perlu digaris bawahi, bahwa setiap manusia itu ada batasnya. Semua perasaan yang negatif itu justru semuanya ada di otak pengidap depresi ini. Sebaliknya hal-hal yang bahagia sama sekali tidak bisa direspon oleh otak si penderita.
(lanjut part 2)
Apakah depresi itu bisa diidap oleh siapa saja atau orang2 tertentu kak?
BalasHapusBetul, sepakat. Gangguan mental terjadi bukan hanya karena murni masalah jiwa aja, melainkan juga fisik. Cuma karena kurangnya pemahaman akan hal ini, jadinya kadang respon terhadap orang dengan gangguan mental kurang tepat
BalasHapusDitunggu part 2 nya, Nan
BalasHapusWah, kebetulan saya kemaren barusan ntn video penderita bipolar yg sering dituduh "kurang ibadah" sama keluarganya :( sangat disayangkan, karena isu mental disorders ini masih kurang dipercaya masyarakat
BalasHapusBener banget.. Masih banyak yg kurang paham atau bahkan g mau belajar sama sekali soal mental issue..
BalasHapusDan rasanya kesel banget waktu denger orang bilang "Kamu kurang ibadah sih" ke penderita mental illness..
Kayak ibadah bs diukur aja dengan cara gituan..
Btw, ditunggu part 2nya
Ntah, mau komen apa🙊
BalasHapusYaps betul skali, semua org itu berbeda. Kalo istilah psikologinya stress tollerance. Jadi kadang dua org yg ditimpa musibah sama, responnya juga beda. Ada yg bisa depresi ada yg gak
BalasHapusKalau di Luar negeri banyak banget istilah gangguan kesehatan mental. Ada kepribadian ganda, skizofrenia, dsb. Di Indonesia cuma kenal gila dan kesurupan.
BalasHapusBaca paragraf kedua terakhir agak cukup ngeri ya, ketika seseorang sudah berusaha bahagia dan positif thinking namun dia sulit untuk merasakan dampaknya...
BalasHapusDepresi juga ada yang hubungannya dengan genetika. Baru tahu. Ditunggu part 2 nya Kak
BalasHapusBaru tahu sih depresi karena udah genetika nya. Terimakasih kk
BalasHapusKalau begitu, apakah orang depresi ini bisa betul2 sembuh kak?
BalasHapusPemicu depresi barunya itu seperti apa kak?
BalasHapusPemicu depresi barunya itu seperti apa kak?
BalasHapus