Refleksi Kehidupan Nyata Dari Game ‘Among Us’
Pengantar (lanjutan review game ‘Among Us’
Secara umum game ini menggambarkan kondisi di mana terdapat kelompok yang sedang berusaha untuk menyelesaikan misi dan juga harus menemukan penyusup yang merusak mereka dari dalam. Cara yang harus mereka tempuh adalah dengan cara menemukan fakta eksplisit bahwa salah satu di antara mereka adalah seorang Impostor, atau dengan cara mengumpulkan berbagai informasi untuk dijadikan indikasi yang paling kuat dan logis siapa sebenarnya yang menjadi Impostor di antara mereka.
Bila sampai salah memilih, maka kerugian yang lebih besar akan menanti mereka. Kerugian ini diakibatkan oleh kehilangan crew yang bisa membantu menyelsaikan misi karena crew tersebut telah dituduh menjadi orang yang bersalah dan akhirnya dikeluarkan. Bila hal yang sama terus berulan maka peluang kemenangan menjadi semakin kecil.
Sekenario kehidupan dalam film tersebut juga bisa kita temui dalam beberapa kalangan masyarakat atau beberapa kelompok Indonesia lainnya. Kasus spesifik yang akan penulis bahas sekilas dalam tulisan kali ini adalah masa kelam Indonesia pada tahun 1965 yang ternyata melibatkan orang dalam. Tanpa maksud memojokan kelompok orde lama atau orde baru, maka kali ini kesamaan fenomena game ‘Among Us’ akan penulis gambarkan dengan kasus kericuhan yang terjadi di Indonesia pada akhir masa kekuasaan orde lama.
Selain itu, tulisan ini juga hendak menunjukan salah satu bentuk konspirasi yang sudah terkonfirmasi ada. Hal ini secara tidak langsung penulis tunjukan juga untuk teman penulis dari odop yang berkomentar dalam tulisan penulis mengenai teori konspirasi yang belum tentu benar dan belum tentu juga salah, beliau menuliskan komentar berupa “masih ngambang, sehinggaada ga teori konspirasi yang benar?”. Untuk menjawab komentar tersebut, penulis jawab dengan tulisan ini.
Relevansi game ‘Among Us’ dengan dunia nyata
Relevansi game ini dengan dunia nyata biasanya terjadi di dalam dunia intelijen negara atau organisasi tertentu. Tugas intelijen untuk lembaga-lembaga ini secara umum adalah untuk mengumpulkan informasi dan juga dan juga melakukan eksekusi-eksekusi dari perintah tuannya terhadap lawannya secara diam-diam tanpa diketahui. Salah satu cara untuk melakukan tugas-tugas intelijen tersebut adalah dengan menyusup dan melebur seolah menjadi bagian yang sama dengan musuh yang disasar.
Dan pada 16 September 2015, CIA membuka dokumen rahasianya terkait dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S yang terjadi pada tahun 1965 dimana bisa diakses masyarakat Amerika sendiri dan juga dunia. CIA sendiri membuka rahasia ini dikarenakan Undang-undang Amerika yang mewajibkan CIA membuka rahasia yang telah mereka lakukan kepada publik ketika rahasia tersebut sudah kedaluwarsa (berusia 25 tahun keatas).
Dilansir dari Tempo.co, Hari Priyantono yang merupakan pengamat militer dari Pro Patria, memastikan ada keterlibatan Central Intelligence Agency (CIA), dalam G30S di tahun 1965. Hal ini ia ungkapkan karena merujuk dari pengakuan CIA sendiri yang sudah merilis dokumen-dokumennya.
Menurut Hari, dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh CIA tersebut secara kuat membuktikan keterlibatan CIA dalam peristiwa yang telah memakan banyak korban jiwa tersebut. Menurut hari, dokumen tingkat internasinal tersebut mengarah pada konspirasi militer antara CIA dengan Angkatan Darat Indonesia. Bukan hanya CIA, bahkan secara personal Hari juga mengatakan ada keterlibatan Amerika dalam kejatuhan Soekarno.
Selain Hari, Anton Aliabbas juga membernarkan keterlibatan CIA dalam G30S. pengamat militer dari Digimed karya imaji ini berpendapat gerakan itu ada hubungannya dengan perang dingin yang saat itu sedang terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Sehingga menurut Anton hal tersebut berimbas juga di dalam negeri, dimana Soekarno dekat dengan PKI sedangkan tantara Indonesia tidak suka dengan PKI, bahkan juga terdapat rivalitas di dalam kubu TNI sendiri.
“Akan tetapi, ada upaya dari Amerika untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Soekarno melalui militer Indonesia,” ungkap Anton yang dikutip dari Tempo.co.
Hikmah yang bisa diambil dari kesamaan kasus Indonesia di tahun 1965 dengan game ‘Among Us’
Dari game dan contoh Indonesia di tahun 1965 ini kita bisa mengambil hikmah bahwa ada untuk kelompok tertentu yang sedang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, tetap harus disadari bahwa terdapat kemungkinan ada pihak lain yang tidak menyukai tujuan yang hendak dicapai tersebut dan hendak menghacurkan kelompok tersebut dari dalam (terutama negara). Sehingga sebagai seorang manusia kita juga tidak bisa untuk hidup polos dan terlalu naif untuk tidak menghiraukan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di sekitar kita.
Slogan untuk berpikir positif yang menggebar-geborkan untuk tidak mudah mencurigai dan menanamkan sugesti bahwa tidak ada masalah apapun di sekitar kita memang baik untuk beberapa konteks, namun akan menjadi bumerang bila diterapkan dalam seluruh kondisi. Karena seperti yang sudah kita lihat di game ‘Among Us’ yang realitasnya tergambar dalam dinamika politik Indonesia tahun 1965, bahwa keberadaan musuh yang tidak terlihat itu benar adanya.
Namun dari game ‘Among Us’ sendiri juga kita bisa mengambil beberapa pelajaran, yakni :
1. Ketika melihat adanya suatu kejanggalan, kita boleh curiga dan justru harus curiga. Tanpa kecurigaan, bisa jadi kita bisa jatuh ke masalah yang lebih dalam. Dalam konteks game ini bila tidak ada yang curiga bahwa terdapat Impostor dalam kelompok Crewmate, maka semua kelompok Crewmate akan terbunuh.
2. Namun meskipun boleh untuk curiga, tetap tidak boleh asal-asalan dalam menuduh orang. Karena jika menuduh seseorang tanpa bukti dan indikasi yang kuat dan bisa dipertanggung jawabkan, justru akan tambah merugikan diri sendiri. Kenapa? Karena selain jelas masalahnya tidak akan selesai, juga akan membuat amunisi orang yang bisa membantu menyelesaikan misi dan menemukan orang yang jahat ini berkurang. Dalam kasus dunia nyata bila yang dituduh adalah orang tidak bersalah, bisa saja ia berbalik dari yang semula kawan menjadi lawan.
3. Harus peka terhadap kondisi sekitar, agar jika nanti ada hal-hal yang mencurigakan dan hendak memutuskan untuk memilih kira-kira siapa yang sebenarnya bersalah, kita bisa mempunyai fakta yang kuat untuk mendukung itu. Namun apabila tidak memiliki fakta eksplisitnya pun, setidaknya kita bisa memiliki indikasi-indikasi kuat yang bisa mendukung kecurigaan kita.
Komentar
Posting Komentar