Meluruskan kesalahpahaman makna terms “kritis” dan “skeptis”
Penulis beberapa kali menemukan realitas orang-orang yang menggembar-gemborkan pentingnya untuk bepikir dan bersikap “skeptis”. Dari beberapa kasus yang penulis temui, ajakan untuk berpikir dan bersikap skeptis ini muncul karena sedang maraknya fenomena informasi hoax. Maka untuk mencegah menyebarnya informasi hoax, akhirnya beberapa masyarakat melakukan aksi tandingan dengan cara menggembar-gemborkan pentingnya berpikir dan bersikap skeptis, dengan harapan setiap masyarakat tidak mudah untuk termakan hoax dan bisa mencari sesuatu data berdasarkan fakta.
Di lain sisi, penulispun menemui beberapa pihak yang begitu takut dengan pola berpikir dan bersikap kritis. Beberapa pihak ini mengatakan bahwa bila seseorang melakukan aktifitas berpikir dan bersikap kritis, maka akan membawa bahaya karena semua hal serba dipertanyakan untuk dicari kebenarannya. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa berpikir dan bersikap kritis landasannya adalah sebuah kecurigaan atau keraguan terhadap suatu hal yang dianggap sebagai masalah atau potensi masalah.
Melihat kedua fenomena ini, penulis melihat adanya kesalah pahaman yang sedang dialami oleh masyarakat. Karena sejauh pengetahuan yang penulis ketahui, arti dari kritis dan juga skeptis berbeda dari apa yang pihak-pihak di atas sampaikan. Memang mirip, namun terdapat sebuah perbedaan fundamental yang bisa menentukan efek-efek selanjutnya. Tak jarang juga kesalahpahaman ini justru dialami oleh para akademisi yang menjadi panutan oleh banyak orang. Melihat adanya hal tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas dan meluruskan makna dan arti dari terms “kritis” dan “skeptis” agar tidak terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan di masyarakat.
Pengertian “Kritis” menurut bahasa dan Ilmuwan
KBBI
Dalam KBBI disebutkan arti dari term “kritis” adalah 1. bersifat tidak lekas percaya; 2. bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; 3. tajam dalam penganalisisan.
Beyer, 1985
Menurut Beyer, pengertian berpikir kritis adalah kemampuan untuk menilai valid tidaknya suatu sumber informasi, bisa membedakan mana yang relevan dan mana yang tidak relevan, bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang opini, mampu untuk mengidentifikasi bias dan sudut pandang.
Chance, 1986
Menurut Chance, berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada kemudian membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat perbandingan. Dengan membuat beberapa perbandingan kita bisa menarik kesimpulan dan membuat sebuah solusi atas masalah yang ada.
Mertes, 1986
Menurut Mertes, berpikir kritis adalah sebuah proses yang disengaja dan dilakukan secara sadar untuk menafsirkan sekaligus mengevaluasi sebuah informasi dari pengalaman, keyakinan dan kemampuan yang ada.
Kesimpulan “Kritis”
Sehingga dari sini bisa disimpulkan pengertian dari berpikir kritis adalah suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran dan informasi relevan yang dibutuhkan, dimana kebenaran tersebut didapat dari hasil mengolah data-data dan nilai-nilai yang pernah didapat sebelumnya untuk disimpulkan menjadi suatu kesatuan data yang valid dan tidak bertentangan dengan kenyataan. Tujuan dari berpikir kritis selain untuk menemukan kebenaran yang valid adalah juga untuk menjadi landasan dari setiap aksi yang akan diambil, entah untuk pemecahan masalah atau juga membuat beberapa opsi.
Pengertian “Skeptis” menurut bahasa dan Ilmuwan
KBBI
Skeptis adalah sebuah sikap berbentuk kurang percaya, ragu-ragu baik terhadap keberhasilan atau sebagainya.
Tom Friedman
Menurut Tom Friedman, berpikir skeptis adalah sebuah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu.
Sejarah
Dalam filsafat klasik, mempertanyakan merujuk kepada ajaran "Skeptikoi". Dalam agama, mempertanyakan merujuk kepada keraguan tentang prinsip-prinsip dasar agama seperti keabadian, pemeliharaan, dan wahyu. Kata mempertanyakan dapat menggambarkan sebuah klaim, namun di kalangan lain dipakai untuk menjelaskan sebuah sikap menerima atau menolak informasi baru. Individu yang suka mempertanyakan sering disebut bersikap skeptis, akan tetapi sering terlupakan bahwa secara filsafati sikap mempertanyakan atau ketidakpercayaan secara empiris sebenarnya adalah sebuah pengakuan.
Skeptisisme adalah tindakan mempertanyakan atau sikap ketidakpercayaan. Skeptisisme berasal dari kata Yunani, 'σκέπτομαι' skeptomai, yang dalam penggunaan umumnya diartikan “untuk melihat sekitar”, “untuk mempertimbangkan”. Berdasarkan analisa kata dan penggunaannya, skeptisisme secara umum merujuk pada suatu sikap keraguan atau disposisi baik secara umum atau menuju objek tertentu. Skeptisisme juga dipahami sebagai suatu doktrin dalam ilmu pengetahuan yang menekankan ketidakpastian dari sebuah wilayah ilmu pengetahuan. Dalam skeptisisme terkandung keraguan sistematis, metode pertimbangan dan kritik yang bersifat skeptis.
Kesimpulan “Skeptis”
Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan Skeptis adalah sebuah sikap untuk selalu meragukan segala informasi yang diterimanya, dengan berpedoman bahwa tidak ada kepastian dalam segala sesuatu. Sehingga sikap dan pola pikir ini adalah sebuah sikap untuk selalu meragukan kebenaran apapun yang dia terima dan tidak mempercayai apapun dari data yang dia dapatkan.
Kesimpulan Perbedaan “Kritis” dan “Skeptis”
Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa berpikir dan bersikap kritis berbeda dengan bepikir dan bersikap skeptis. Memang memiliki kesamaan dalam prosesnya yaitu selalu mempertanyakan setiap informasi yang didapatkan, namun memiliki perbedaan dalam tujuan.
Tujuan dari mempertanyakan setiap data yang didapat dari sikap kritis adalah untuk menghubungkan setiap data yang dan mencoba untuk dibenturkan dengan data-data lain. Mencari apakah ada data yang bertentangan ataupun tidak logis, sehingga bisa didapat mana data yang benar dan mana data yang salah.
Sedangkan untuk cara berpikir dan bersikap skeptis, bentuk sikap mempertanyakan sesuatu berlandaskan pada paham filsafat bahwa segala sesuatu tidak ada yang pasti. Sehingga setiap data yang didapatkan oleh setiap manusia perlu selalu dipertanyakan kebenarannya, karena beranggapan tidak ada kebenaran yang pasti.
Komentar
Posting Komentar