Dampak bila salah memahami konsep “kritis” dan “skeptis”

Seperti yang sudah penulis bahas di tulisan sebelumnya, bahwa terdapat perbedaan antara “kritis” dan “skeptis” yang berarti keduanya berbeda. Selain itu juga terdapat permasalahan yang penulis soroti yakni beberapa orang yang menganggap bahwa cara berpikir kritis adalah berbahaya karena akan membuat seseorang serba mempertanyakan suatu hal. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa untuk menghindarkan diri dari hoax, maka manusia harus senantiasa bersikap dan berpikir skeptis.

Sebenarnya kedua kesalahan tersebut sekilas sudah penulis jelaskan pada tulisan sebelumnya, dimana sebenarnya berpikir kritis adalah upaya mencari semua data-data terkait melalui pertanyaan dengan niat meneukan kebenaran yang valid. Sedangkan berpikir skpetis adalah upaya untuk selalu mempertanyakan dan meragukan semua hal dengan landasan berpikir bahwa tidak ada kebenaran yang valid, sehingga semua realitas perlu selalu diragukan kebenarannya.

Namun tidak hanya berhenti di situ. Terdampak dampak lain dari kesalahpahaman atas konsep “kritis” dan “skeptis”, yakni persepsi nilai terhadap konsep “kritis” dan “skeptis”. Seperti yang sudah penulis bahas sebelumnya, ada yang memahami bahwa kritis adalah sebuah sikap perilaku yang berbahaya, sedangkan skeptis adalah sebuah sikap perilaku yang harus dilestarikan untuk menangkal hoax. Maka disini penulis melihat ada beberapa potensi masalah bila kesalahpahaman tersebut justru diamini oleh masyarakat, yakni :

1. Masyarakat akan menjauhi sikap kritis
Seperti yang penulis bahas sebelumnya, terdapat beberapa pihak yang menganggap bahwa berpikir kritis adalah sebuah hal yang berbahaya. Bila hal ini terus dipertahankan dan tidak dibenahi, akan muncul beberapa sikap pandangan bahwa seharusnya sikap kritis tidak diterapkan di lingkungan masyarakat, akhirnya secara alamiah masyarakat akan menjauhi sikap kritis.

2. Masyarakat akan menilai sikap skeptis menjadi sebuah sikap ideal
Sama seperti sebelumnya, bila ada persepsi mengenai sikap skeptis yang justru bisa dinilai sebagai alat penangkal hoax yang mana hoax itu sendiri sekarang menjadi penyakit masyarakat, maka orang-orang akan berlomba-lomba untuk mengadopsi cara berpikir dan sikap skeptis dalam setiap aktifitasnya.

3. Masyarakat tidak terbiasa untuk terpacu mencari data-data untuk menemukan kebenaran.
Bila masyarakat sudah mengadopsi dua kesalahpahaman tentang kritis dan skeptis, maka akan menimbulkan efek lain yakni masyarakat menjauhi sikap kritis dan justru mengadopsi sikap skeptis. Tidak hanya sampai di situ, terdapat efek lain, yakni masyarakat justru mempunyai reflek untuk menyangkal segala informasi (apapun itu) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bawaannya tanpa terlebih dahulu melakukan ¬crosscheck data apakah informasi yang dia dapatkan itu benar atau tidak. Namun sudah terlebih dahulu mencurigai informasi baru tersebut dan menganggap informasi tersebut tidak benar, yang mana bentuk perilakunya adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan curiga tanpa maksud menemukan kebenaran.

Maka dari tulisan ini penulis hendak menyampaikan, bahwa terdapat perbedaan fundamental antara berpikir kritis dan berpikir skeptis. Salah memaknai, bisa fatal akibatnya. Bila hanya salah dalam pemaknaan bahasa (yang mana maksudnya realitas yang dituju adalah kritis, namun pembahasaan yang digunakan adalah skeptis), maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah, karena hanya berkutat dengan indentitas suatu realitas. Namun akan menjadi masalah bila yang salah adalah penilaian terhadap perilakunya, perilaku kritis dinilai buruk sedangkan perilaku skeptis dinilai baik.

Semoga dari tulisan ini kita bisa senantiasa memiliki reflek untuk mencari tahu terlebih dahulu sebuah konsep yang kita terima sebelum kita mengamininya, sebagaimana sikap kritis itu dilakukan agar dapat menemukan kebenaran. Sebaliknya, semoga kita tidak hanya berpikir dan bersikap skeptis, yang mana akhirnya seseorang tersebut tidak berusaha mencari kebenaran yang hakiki, malainkan hanya mencurigai setiap informasi baru yang datang kepadanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tilik & Cream, Ulasan Dua Film Pendek Menarik Dalam Negeri dan Mancanegara

Komunis Bukanlah Sama Rata & Sama Rasa (Meluruskan Asumsi Tentang Komunis)

Sudut Pandang Objektif